Advertorial Bingkak dan Amparan Tatak, Pesona Kuliner Khas Kutai di Kedai Putbel

Bingkak dan Amparan Tatak, Pesona Kuliner Khas Kutai di Kedai Putbel

17
SHARE
Olahan Kedai Putbel

SULTANEWS.COM, TENGGARONG – Kedai Putbel di Jalan Stadion Tenggarong menjadi tujuan favorit bagi pecinta kuliner tradisional Kutai. Salah satu daya tariknya adalah bingkak dan amparan tatak, dua kue khas yang menggambarkan kekayaan rasa dan tekstur kuliner daerah ini.

Bingkak menjadi pilihan istimewa bagi pelanggan karena memiliki beberapa varian rasa, seperti original, pandan, dan gula merah. Teksturnya yang kenyal dipadukan dengan aroma harum khas membuat kue ini sering diburu, terutama saat bulan Ramadan. Sementara itu, amparan tatak yang berbahan dasar pisang dan adonan santan menghadirkan rasa gurih manis yang cocok untuk berbuka puasa atau sebagai sajian dalam acara keluarga.

“Bingkak itu favorit pelanggan. Banyak yang suka karena rasanya khas, apalagi yang rasa gula merah, itu sering habis duluan,” jelas Ulfa, pemilik Kedai Putbel.

Bingkak dan Filosofi Kuliner Kutai
Ulfa menuturkan bahwa bingkak bukan sekadar kue, tetapi juga memiliki nilai tradisional yang tinggi. Kue ini sering disajikan dalam berbagai acara adat di Kutai Kartanegara, seperti pernikahan dan syukuran. Dengan menghadirkan bingkak di kedainya, Ulfa berharap dapat memperkenalkan nilai budaya ini kepada pelanggan yang lebih luas.

“Bingkak itu punya cerita tersendiri. Dulu, kue ini selalu dibuat untuk acara besar. Jadi, setiap gigitan punya kenangan dan cerita,” tambahnya.

Amparan tatak juga memiliki keunikan tersendiri. Proses pembuatannya yang melibatkan perpaduan santan dan pisang memerlukan ketelitian untuk menghasilkan rasa dan tekstur yang sempurna. Ulfa menjelaskan bahwa kue ini menjadi pilihan ideal bagi mereka yang menyukai rasa klasik kuliner tradisional.

Kedai Putbel, Jembatan Budaya Kuliner
Selain menawarkan kue-kue basah, Kedai Putbel juga menjadi sarana penghubung antara pembuat kue lokal dan pelanggan. Ulfa mengatakan bahwa sebagian besar kue yang dijual merupakan titipan dari pembuat kue di Tenggarong, yang sering kali merupakan ibu rumah tangga atau pengusaha kecil.

“Kami membantu mereka memasarkan produk. Jadi, bukan hanya menjual kue, tetapi juga membantu UMKM lokal agar tetap bertahan,” ujar Ulfa.

Kedai ini pun kerap menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin mengenal lebih dekat kuliner khas Kutai. Suasananya yang sederhana dan ramah membuat pelanggan merasa nyaman untuk menikmati aneka kue sambil berbincang.

Pelestarian Budaya Lewat Kuliner
Ulfa berharap usahanya dapat terus berkembang dan menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya. Menurutnya, keberadaan Kedai Putbel bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang menjaga agar kue-kue tradisional ini tidak punah.

“Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi? Saya ingin generasi muda tahu bahwa kue-kue ini adalah bagian dari identitas kita,” pungkasnya.(ADV)